phone: +6287 3936 4795
e-mail: hydrazone_community@yahoo.com

December 24, 2012

Syahdunya Rampak Tabuh dari Timur

“Ya ‘asyiqol musthofaa absyir binailil muna
Qod rooqo ka’sus shofaa ashofa ashoofaaa
Wa thoba wafdul hanaa qood rooqo ka’sus shofaa...”

Syair di atas adalah beberapa bait lantunan lagu yang bernafaskan islam, menceritakan tentang Nabi Muhammad.  Itu adalah salah satu lagu yang sering dibawakan komunitas Hadrah Ar – Rahman saat penampilannya di atas pentas.

Memang berbicara mengenai seni dan kebudayaan Indonesia memang tidak ada habisnya. Seperti kesenian Hadrah yang berasal dari Jawa Timur yang digeluti komunitas Hadrah Ar – Rahman ini.

Menurut Laylatul Pathia, salah satu pengurus komunitas ini menjelaskan bahwa Hadrah sendiri dapat dikatakan sebagai media dakwah melalui penggabungan alat musik tabuh seperti rebana dan lagu – lagu yang bernuansa Islam. Di Jawa Timur kesenian tersebut dimanakan Hadrah, mungkin di daerah – daerah lain kesenian semacam ini dikenal dengan nama yang berbeda – beda. Perlu diketahui bahwa Seni musikm Hadrah ini berbeda dengan kesenian Marawis. Dari penjelasan mbak Uchu’ (sebutan akrab mbak laylatul pathia), kesenian Hadrah terlihat mirip dengan kesenian Marawis, namun terlihat beberapa hal yang membedakan keduanya. Pertama, dari segi alat musik, Hadrah menggunakan Ketipung, sementara Marawis tidak menggunakan ketipung. Kedua, dari segi lagu, Marawis menggunakan lagu – lagu yang bertempo cepat, sehingga ia lebih energik karena didukung juga dengan musik yang cepat juga.  Sementara Hadrah tidak demikian, Hadrah juga menyajikan lagu – lagu yang bertempo lambat dan juga cepat. Ketiga, dari segi tarian, dalam penampilan marawis, ditampilkan juga tarian – tarian yang energik. Secara garis besarnya Hadrah lebih variatif, seperti di beberapa daerah Jawa Timur ada hadrah yang menggunakan tarian disetiap penampilannya, tetapi di daerah – daerah lain tidak menyertakan tarian. Jadi ada atau tidaknya tarian dalam penampilan Hadrah tergantung pada daerahnya masing – masing.

Sebagai pengurus sekaligus anggota komunitas, Mbak Uchu ini mengaku awalnya agak kesulitan belajar kesenian hadrah, dikarenakan dia berasal dari Karawang Jawa Barat yang tidak tahu sama sekali tentang kesenian Hadrah yang berasal dari Jawa Timur. Namun dengan latihan keras kesulitan itupun lambat laun dapat dilalui dengan mudah, ditambah lagi dia memang menyukai musik – musik Arab. Selain itu ternyata mahasiswi kelahiran 16 Juli 22 tahun yang lalu, adalah penggemar Sulis, salah satu penyanyi religi di tanah air, kombinasi tepat yang membuat mbak Uchu’ cepat mendalami Hadrah.

Kepada para generasi bangsa, ia berpesan, “ Walaupun sekarang sedang demam – demamnya korea, Noah, atau apapun itu, tetapi jangan lupakan budaya sendiri, musik – musik Indonesia. Karena ini ada hubungannya dengan agama, terlebih kita di negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Jadi tidak ada salahnya melestarikan budaya sendiri..” ucapnya.[Tanti Setyaningsih]

0 komentar: