Syahdunya Rampak Tabuh dari Timur
“Ya ‘asyiqol
musthofaa absyir binailil muna
Qod rooqo
ka’sus shofaa ashofa ashoofaaa
Wa thoba
wafdul hanaa qood rooqo ka’sus shofaa...”
Syair di
atas adalah beberapa bait lantunan lagu yang bernafaskan islam, menceritakan
tentang Nabi Muhammad. Itu adalah salah
satu lagu yang sering dibawakan komunitas Hadrah Ar – Rahman saat penampilannya
di atas pentas.
Memang berbicara
mengenai seni dan kebudayaan Indonesia memang tidak ada habisnya. Seperti
kesenian Hadrah yang berasal dari Jawa Timur yang digeluti komunitas Hadrah Ar
– Rahman ini.
Menurut
Laylatul Pathia, salah satu pengurus komunitas ini menjelaskan bahwa Hadrah
sendiri dapat dikatakan sebagai media dakwah melalui penggabungan alat musik tabuh
seperti rebana dan lagu – lagu yang bernuansa Islam. Di Jawa Timur kesenian tersebut dimanakan Hadrah, mungkin di daerah – daerah lain kesenian semacam ini dikenal
dengan nama yang berbeda – beda. Perlu diketahui bahwa
Seni musikm Hadrah ini berbeda
dengan kesenian Marawis. Dari penjelasan mbak Uchu’
(sebutan akrab mbak laylatul pathia), kesenian Hadrah terlihat mirip dengan kesenian Marawis, namun terlihat beberapa hal
yang membedakan keduanya.
Pertama, dari segi alat musik, Hadrah menggunakan Ketipung, sementara Marawis tidak menggunakan ketipung.
Kedua, dari segi lagu,
Marawis menggunakan lagu – lagu yang bertempo cepat,
sehingga ia lebih energik karena didukung juga dengan musik yang cepat juga. Sementara Hadrah tidak demikian, Hadrah juga menyajikan lagu – lagu yang bertempo lambat
dan juga cepat. Ketiga, dari segi tarian, dalam penampilan marawis, ditampilkan juga tarian – tarian
yang energik. Secara garis besarnya Hadrah lebih variatif, seperti di beberapa daerah Jawa Timur ada hadrah yang
menggunakan tarian disetiap penampilannya, tetapi di daerah – daerah lain
tidak menyertakan tarian. Jadi ada
atau tidaknya tarian dalam penampilan Hadrah tergantung pada daerahnya masing – masing.
Sebagai
pengurus sekaligus anggota komunitas, Mbak Uchu’ ini mengaku awalnya agak kesulitan belajar kesenian
hadrah,
dikarenakan dia berasal dari
Karawang Jawa Barat yang tidak tahu sama sekali tentang kesenian Hadrah yang berasal dari Jawa Timur. Namun dengan latihan
keras kesulitan itupun lambat laun dapat dilalui dengan mudah,
ditambah lagi
dia memang menyukai musik –
musik Arab. Selain itu ternyata mahasiswi kelahiran 16 Juli 22
tahun yang lalu, adalah penggemar Sulis, salah satu penyanyi religi di tanah
air,
kombinasi tepat yang membuat mbak Uchu’ cepat mendalami Hadrah.
Kepada para
generasi bangsa, ia berpesan, “ Walaupun sekarang sedang demam – demamnya
korea, Noah, atau apapun itu, tetapi jangan lupakan budaya sendiri, musik –
musik Indonesia. Karena ini ada hubungannya dengan agama, terlebih kita di
negara yang mayoritas penduduknya beragama islam. Jadi tidak ada salahnya
melestarikan budaya sendiri..” ucapnya.[Tanti Setyaningsih]
0 komentar: