phone: +6287 3936 4795
e-mail: hydrazone_community@yahoo.com

November 27, 2012

Alunan Musik Etnik “Lir- ilir”

Indonesia adalah sebuah negara yang meliputi ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke, dimana dari sekian banyaknya kepulauan beserta masyarakatnya tersebut lahir, tumbuh dan berkembang berbagai budaya daerah. Seni tradisional merupakan jati diri, identitas dan media ekspresi dari masyarakat pendukungnya.

Hampir seluruh wilayah Indonesia mempunyai seni musik tradisional yang khusus dan khas. Dari keunikan tersebut bisa nampak terlihat dari teknik permainannya, penyajiannya maupun bentuk instrumen musiknya. Seni tradisonal sendiri mempunyai peranan yang sangat besar dalam memperkenalkan karakter dan ciri khas masyarakat Indonesia, yaitu yang terkenal ramah dan santun.

Dari berbagai daerah di Nusantara, pulau Jawa memiliki seni tradisional yang tidak kalah menarik dari daerah lainnya. Jika kita bertanya pada masyarakat sekitar, tentunya mereka sangat akrab dengan lagu- lagu daerah seperti Lir- ilir. Lagu Lir- Ilir adalah salah satu karya besar Sunan Kalijaga, salah satu WaliSongo yang menggunakan lagu Lir- ilir sebagai sarana dakwah. Karyanya ini sangat dikenal oleh para masyarakat terdahulu hingga kini, karena lagu ini mengandung makna yang patut untuk diteladani dan mudah dicerna orang zaman dahulu karena mengandung unsur kebudayaan Jawa. Berikut syair dari lagu Lir- ilir :

Lir-ilir, Lir-ilir, Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo,
Tak sengguh temanten anyar
Cah angon – cah angon,
Penekno blimbing kuwi,
Lunyu-lunyu ya penekno,
Kanggo mbasuh dodotiro.
Dodotiro – dodotiro,
Kumitir bedah ing pinggir,
Dondomana jlumatana,
Kanggo seba mengko sore.
Mumpung padang rembulane,
Mumpung jembar kalangane,
Yo suraka, surak hiyo.

Lagu Lir-ilir sendiri umumnya dimainkan dengan iringan musik gamelan, mengingat asal muasal lagu ini sendiri dari tanah Jawa. Seperangkat gamelan terdiri dari beberapa alat musik, diantaranya satu set alat musik serupa drum yang disebut kendang, rebab dan celempung, gambang, gong dan seruling bambu. Komponen utama yang menyusun alat-alat musik gamelan adalah bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran musik gamelan, misalnya gong berperan menutup sebuah irama musik yang panjang dan memberi keseimbangan setelah sebelumnya musik dihiasi oleh irama gending.

Disamping alunan musiknya,tiap bait dari syair lagu Lir-Ilir sendri mengandung makna. Lagu ini menggambarkan bahwa kala itu Islam baru saja berkembang di pulau jawa khusunya. Dimana kerajaan majapahit baru saja runtuh dan masyarakat masih didominasi oleh agama nenek moyang, yaitu hindu jawa.

Agama Islam digambarkan dengan tanaman yang berwarna hijau, menampakkan penampilan Islam yang menyenangkan, dan bagi seorang muslim patutlah berbahagia seperti bahagianya sepasang pengantin baru. Seorang penggembala (cah angon) mewakilkan makna diri kita yang memiliki gembalaan nafsu, diharapkan manusia dapat menggembalakan nafsu dengan baik. Dalam mempertahankan iman tidaklah mudah, pasti ada rintangan dalam menjaga keimanan. Seperti analogi dalam lagu ini, perintah untuk memanjat pohon meskipun susah mencapai buahnya (surga). Kain dodot yang merupakan pakaian kebesaran di Kraton. Menurut orang jawa pakaian adalah lambang agama yang biasanya dirawat dengan mencucinya menggunakan buah belimbing. Seperti halnya agama yang harus dipelihara dan dirawat keimanannya.

Lagu ini menyimpan makna dan pelajaran yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Meskipun demikian, jika dibandingkan dengan musik yang berasal dari budaya populer, musik etnik atau tradisional kurang begitu mendapatkan tempat di hati generasi muda masa kini. Padahal dari musik etnik inilah nilai-nilai sejarah dan budaya bangsa bisa kita dipahami. [Arga Aji Saputra]

0 komentar: