Jaipong, Erotis atau Estetis?
Tari Jaipong, kata tersebut
sudah sering didengar banyak orang dan dikenal sebagai salah satu khazanah
kebudayaan Jawa Barat. Tarian yang lahir dari seorang seniman Bandung yang
bernama Gugum Gembira ini awalnya dikenal sebagai tarian yang erotis dan
vulgar. Namun dalam bergulirnya waktu, banyak pertunjukan Jaipong yang digelar
oleh masyarakat hingga tari Jaipong melebur dan menjadi kebudayaan masyarakat
Jawa Barat termasuk didalamnya Karawang.
Klaim erotis dan kontroversionalitas
terhadap Jaipong ternyata terletak pada tiga hal yang membuat sebagian orang
mengganggapnya terdapat “sesuatu” yang pantas menuai protes. Sebagian pihak
menganggap bahwa tarian ini tidak bermoral dan perlu “diperhalus” lagi
gerakannya, agar tidak mengundang pikiran-pikiran negatif dari para penonton.
Ketiga hal tersebut adalah Geol, Gitek dan Goyangannya yang berlenggak lenggok.
Baik pada pinggul, bahu, maupun senyuman sang penari. Itulah sebabnya, para
petinggi-petinggi pemerintah sering “menjelalat” matanya ketika menyaksikan
penari Jaipong. Saat ini Jaipong tidak lagi sebatas dalam
pertunjukan-pertunjukan saja, tetapi sudah menjadi pendidikan informal dalam
artian telah di “kursuskan”.
Beberapa penari profesional
juga terlahir dari Tari Jaipong seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan
Pepen Dedi Kirniadi. Kehadiran Jaipong menjadikan perhatian khusus dari
pemerintah Jawa Barat akan kesenian tradisional yang dulunya tidak begitu
dilirik bahkan dianggap Erotis.
Nanisa, salah satu anggota
KKY (Keluarga Karawang Yogyakarta) yang juga mahasiswi Fakultas Syariah UIN
Sunan Kalijaga ini adalah seorang penari Jaipong yang jam terbangnya sudah
tinggi. Sosok perempuan ini telah mengikuti beberapa event yang sampai ke Thailand
dan wilayah-wilayah lainnya.
Pertunjukan tari Jaipong
atau lebih akrab disebut Jaipongan ini menurut Gugum bahwa dalam Jaipong
menuntut adanya keikhlasan dari penarinya untuk menari serta mempertunjukan
gerakan-gerakannya. Penari Jaipong harus berani melepaskan identitas aslinya
untuk menampilkan tarian yang menarik.
Meskipun banyak menuai
protes, tari Jaipong ini masih ada sampai sekarang. Tak bisa dicegah, karena
tarian Jaipong adalah salah satu tarian yang mempunyai nilai estetis tinggi,
sehingga penggemarpun banyak. Maka Jaipong menjadi erotis atau estetis
tergantung pandangan orang yang melihatnya.
Laelatul Pathia, sekretaris
jenderal KKY (Keluarga Karawang Yogyakarta) mengungkapkan bahwa tarian Jaipong
ini masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa Barat khususnya warga Karawang dan
lebih khusus lagi oleh masyarakat Karawang yang tergabung dalam KKY. Salah satu
bentuk pelestarian ini adalah dengan mengikuti latihan tari Jaipong bersama
komunitas masyarakat Jawa Barat lainnya yaitu komunitas masyarakat Subang
Yogyakarta. [Mega Firmawanti]
0 komentar: