Mendekat dengan Tuhan lewat Seni Musik
Di dalam seni musik Hadrah ternyata terdapat tiga jenis tabuhan, yaitu Zapin, Sarah, dan Zahefah. Tabuhan Zafin digunakan saat mengiringi
lagu-lagu bernuansa gembira pada
saat pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. Zafin juga sering sering digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian
kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat), karena nada Tabuhan Zafin terasa lebih lambat
dan tidak terlalu menghentak, sehingga banyak juga digunakan dalam mengiringi
lagu-lagu Melayu. Hal tersebut berbeda dengan Pukulan Sarah yang dipakai untuk
mengarak pengantin.
And TheLast Instrument is Zahefah, atau bisa disebut juga (Jaipe). Nada tabuhan ini mengiringi lagu di Majlis (suatu perkumpulan dalam satu tempat). Tabuhan tersebut lebih banyak
digunakan untuk irama yang menghentak dan membangkitkan semangat. Dalam seni music Marawis juga dikenal istilah “ngepang” yang artinya berbalasan memukul alas musik tersebut. Selain
mengiringi acara Hajatan seperti
sunatan dan pesta pernikahan, Nada Zaferah juga kerap
dipentaskan dalam acara-acara seni-budaya Islami. Seperti acara Maulid Nabi.
Sembilan tahun silam, Seni marawis belum populer seperti saat ini. Akan tetapi pada saat ini suara indah dengan alunan
musik syahdu itu
juga bisa didengar melalui acara-acara keagamaan. Dalam Nasyid-nasyid kita bisa
merasakan nada-nada yang menarik, dengan suara indah,
sehingga dapat menyentuh hati dan menggetarkan perasaan.
Beberapa lagu
yang indah dari Hadrah maupun Marawis ternyata didapat dari kisah-kisah masa
lalu maupun sejarah islam, perjuangan pahlawan dan juga kisah lain yang
menyentuh jiwa yang digubah menjadi lantunan lagu-lagu tersebut. Ada juga yang diangkat dari perjuangan
bangsa bagi para pahlawan yang terkenal, seperti "Abu Zaid Al Hilali", Orang-orang berkumpul untuk
mendengarkan kisah tersebut melalui syair yang dibacakan dengan lagu-lagu. Ini
sangat menarik karena lagu-lagu
tersebut juga
sering diputar di hari
Raya dan juga hari-hari gembira lainnya seperti pesta perkawinan, kelahiran
anak, acara khitanan, kehadiran tamu spisial, kesembuhan seseorang, berpulangnya
orang dari ibadah haji dan acara lainnya
Itulah seni
music Hadrah yang mungkin
ita sering menikmati bahkan ada yang memainkannya yang menyertai di kehidupan kita, semua elemen masyarakat dapat
menerimanya secara naluriyah. Tidak ada ajaran agama melarang seni music Hadrah dan tidak Ulama’ yang memandang seni music yang berbau Arab tersebut sebagai suatu music yang
dipertentangkan.
Tidak jarang lagu-lagu Hadrah itu dibumbui dengan lirik-lirik yang
mengandung nilai-nilai agama, keimanan dan sentuhan Rohani. Seperti bergabungnya antara jasad
dengan ruh, berupa tauhid, dzikrullah, doa, shalawat kepada Nabi SAW dan
lainnya. [Erwan Eka Praja]
0 komentar: