Melawan Trend Musik Masa Kini
Banyaknya musik luar yang masuk ke Indonesia tak mengurungkan
niat mahasiswa-mahasiswi ini untuk menghidupkan musik islami yang jarang sekali
diminati anak muda, yang saat ini yang lebih gandrung akan musik korea,
barat ataupun luar negeri. Namun
di sini komunitas Hadrah Ar-rahman mencoba berdiri
melawan arus musik yang ada dengan nuansa musik islami yang mereka usung.
Dengan keterbatasan alat dan
personel di awal berdirinya tak melunturkan semangat para personel untuk menghidupkan
komunitas yang baru berdiri tahun 2011. Meskipun saat latihan masih ‘minjam-minjam’ alat dari pihak luar untuk menunjang kemampuan mereka,
semua itu mereka jadikan perjuangan untuk meraih kepuasan
kelak. Komunitas Hadrah ini yakin suatu saat komunitas mereka akan meraih sukses
dan dikenal banyak orang serta ditunggu-tunggu pementasannya.
Tidak
dipungkiri bahwa kegiatan untuk
berlatih dan berkumpul mereka belum
rutin dan teratur karena kesibukan masing-masing personel yang masih
mahasiswa. Akan
tetapi apabila ada
pemantasan, komitmen
mereka akan muncul untuk berkumpul dan latihan agar sukses
mengikuti acara pementasan
tersebut. Secara otomatis, waktu latihan pun akan diperbanyak dan rutin sesuai yang telah dijadwalkan. Biasanya dalam hari-hari biasa, mereka hanya latihan 1x dalam sebulan,
akan tetapi bila terdapat event
pementasan akan menjadi ditingkatkan menjadi 3-4 kali dalam sebulan. Walau hanya dengan porsi latihan biasa 1 x dalam sebulan, Ar-Rahman mampu menunjukkan potensinya yang besar dengan menjadi
juara harapan 1 dalam lomba Harlah IPNU IPPNU (Ikatan Pelajar Nahdatul
Ulama-Ikatan Pelajar Perempuan Nahdatul Ulama) di Sleman. Lomba
yang diikuti oleh pelajar –
pelajar SMP, SMA dan Mahasiswa se-kabupaten Sleman dan para pelajar dari Pondok
Pesantren Krapyak,
Bantul Yogyakarta.
Komunitas
music tabuh ini yang baru
berdiri 1 tahun yang lalu ini sering diminta untuk menampilkan
syahdunya suara diduetkan dengan alunan
berbagai alat musik tabuh yang
bertalu-talu. Untuk menghasilkan music indah tersebut, Hadrah
membutuhkan beberapa
alat-alat musik seperti rebana, ketipung,
bass. Untuk suara utama dinahkodai seorang vokal utama dan dibantu oleh backing vocal.
Ketika mendapat undangan menghadiri sebuah acara, frekuensi latihan Ar-Rahman akan mengalami fluktuasi.
“kalau dapat undangan nya sebulan sebelumnya, ya dalam sebulan itu kita bisa
latihan 3 sampai 4 kali” Uchu’, salah satu personil
Ar-Rahman menjelaskan. Dengan melestarikan musik rebana berarti kita telah mengajak
anak muda untuk mengenal musik dengan
nuansa islam yang tak kalah keren dengan
musik luar, serta music ini bias
menjadi wadah kekreatifan anak-anak muda dalam menikmati khazanah musik dunia.[Kartika Ambarsari]
0 komentar: