“Tawar Sedenge” Lagu Wajib Kami
Indonesia dengan
bermacam-macam suku di dalamnya dan dengan beragam kebudayaannya adalah hal
yang cukup menarik untuk diperbincangkan. Adalah kabupaten Lut Tawar yang
mempunyai beragam kebudayaan yang terus dijaga kelestariannya hingga saat ini.
Kabupaten Lut Tawar terletak di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang terkenal
dengan Tari Saman dan Kopi sebagai hasil buminya. Selain itu, kebudayaan dan local wisdom di Aceh juga menjadi prioritas utama untuk dilestarikan.
Gayo adalah satu
contoh suku di Lut Tawar yang masih melestarikan kebudayaan atau tradisi dari
nenek moyangnya. Seperti Didong, yaitu seni musik dengan tujuan
untuk berbalas pantun yang dilakukan
seiringan dengan tepukan tangan. Ada juga seni tari Guel yaitu tari yang dilakukan dalam acara-acara besar seperti
Nikahan, Khitanan, dan menyambut pejabat. Selain tari, Gayo juga mempunyai lagu
wajib daerah yang disebut ier muse. Ier muse dengan judul ‘Tawar Sedenge’ dikumandangkan
setiap upacara, sambutan
ketika ada seminar ataupun acara-acara resmi. Dan ier muse dilakukan diawal sebelum Lagu Wajib Nasional Indonesia
Raya.
Larangan menikah
dengan orang satu kecamatan juga berlaku di Gayo. Bahkan menikah dengan orang
yang mempunyai nama daerah yang sama dengan pasangannya sangat dilarang. Hal
ini berlaku dari dulu dan tidak boleh dilanggar. Larangan menikah ini dinamakan
Sumang.
Panen raya di
Gayo juga ikut diramaikan dengan cara dilombakan. Lomba ini dinamakan Resam Menuling. Lomba dinilai dari pertama memetik hasil panen
hingga sampai ketujuan hasil panen diletakkan dengan menilai faktor kerapian,
kecepatan, dan kebersihan. “misalnya panen padi ya, jadi petani itu memulai
dengan memetik padinya kemudian dibawa mesin padinya. Dan kerapian dan
kecepatan cara memanen itu dinilai oleh panitia” jelas Walia Rahman selaku
Ketua Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Lut Tawar (Ipemahlutyo).
Selain Resam Menuling juga ada lomba Dayung
Sampan dan Pacuan Kuda. Lomba Dayung Sampan sering diadakan terutama pada
hari-hari besar dan hari bersejarah bagi Aceh. Untuk lomba ini tidak ada
persyaratan khusus dan dilakukan oleh masyarakat umum. Special untuk lomba
Pacuan Kuda hanya diadakan satu tahun sekali setiap tanggal 18 Agustus. Walia
Rahman menjelaskan bahwa lomba ini penting bagi warga Gayo “acara ini sangat
penting bagi masyarakat Gayo bahkan jika tidak ada libur pada tanggal 18, maka
sekolah dan tempat kerja akan diliburkan”. [Nur Handayani]
0 komentar: