phone: +6287 3936 4795
e-mail: hydrazone_community@yahoo.com

November 20, 2012

Tokoh Muhammadiyah Aceh Tengah


Muhammadiyah adalah salah satu gerakan Islam Besar di Indonesia, yang didirikan pada tanggal 18 Nopember 1912 M oleh almarhum KH Ahmad Dahlan, di Yogyakarta. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud (beku) dan penuh dengan amalan- amalan yang bersifat mistik, KH Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist. Oleh karena itu beliau memberikan pengertian (pencerahan) di tengah kesibukan sebagai Khatib dan seorang pedagang.

Mula-mula ajaran ini ditolak, namun berkat ketekunan dan kesabarannya, akhirnya mendapat sambutan dari keluarga dan teman dekatnya. Profesinya sebagai pedagang sangat mendukung ajakan beliau, sehingga dalam waktu singkat ajarannya menyebar ke luar kampung Kauman bahkan sampai ke luar daerah dan ke luar pulau Jawa. Untuk mengorganisir kegiatan tersebut maka didirikan Persyarikatan Muhammadiyah. Dan kini Muhammadiyah telah ada diseluruh pelosok tanah air.

Sebagai Gerakan Islam yang dinamis, Muhammadiyah terus meluas dan menyebar sampai ke seluruh pelosok Nusantara, Indonesia, sejalan dengan cita-citanya untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Pengembangan yang dilakukan ini ternyata membuahkan hasil, salah satunya adalah tersebarnya gerakan Muhammmadiyah ini ke salah satu wilayah Aceh, yaitu Aceh Tengah yang mayoritas sukunya adalah suku Gayo. 

Menurut Walia Rachman, ketua IPEMAH LUTYO (Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Lut Tawar Yogyakarta), pelopor gerakan Muhammadiyah di Takengon (Aceh Tengah) adalah Ali Jadun. Tokoh Muhammadiyah ini sampai sekarangpun masih tampak tegar dan menjadi orang yang dituakan di daerahnya. Ali Jadun adalah seorang yang kukuh memegang prinsip keislamannya. Ketika ada adat yang bertentangan dengan ajaran islam, beliau akan bertindak sebagai tokoh utama yang menentang hal tersebut. Ajaran islam selalu menjadi pertimbangan dan landasan dalam setiap tindakan.

Meskipun adanya tokoh Muhammadiyah yang begitu kukuh seperti Ali Jadun, masyarakat Takengon tidak begitu mempermasalahkan gerakan-gerakan keislmanan yang berbeda-beda, misalnya antara Muhammadiyah dan NU. Kekeluargaan sangat dijunjung tinggi di Aceh Tengah. Bahkan bagi perempuan dan laki-laki yang tinggal di satu kecamatan, tidak diperbolehkan untuk menikah. [Megafirmawanti]

0 komentar: