MENGINANG SEBAGAI RASA HORMAT
Indonesia adalah negeri yang terbentuk dari bermacam-macam suku. Ada suku
Jawa, Suku Sunda, Suku Batak, dan Suku-suku yang lain. Suku Dayak adalah salah satu Suku yang cukup
terkenal di Indonesia. Suku ini mendiami daerah Kalimantan Timur. Menurut Muhammad Rifefan, Mahasiswa
Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora semester lima ini mengatakan bahwa ada salah kebudayaan suku Dayak yang
hampir sama di beberapa daerah di Indonesia, yaitu adalah menginang. Memang
sama seperti menginang di tanah Jawa,
akan tetapi kebudayaan menginang di Suku Dayak mempunyai
filosofi kearifan lokal tersendiri.
Menginang atau makan sirih biasanya ditempatkan
dalam suatu tempat yang khusus. Tempat ini biasanya disebut dengan istilah
penginangan. Perlengkapan menginang seperti tempat sirih, tempat tembakau, alat
penumbuk kinang, alat pemotong pinang, tempat ludah merah atau ludah sirih danwadah kinang khusus.
Apabila orang hendak menginang biasanya disediakan kinang yang terdiri atas
ramuan pokok dan ramuan pelengkap. Ramuan pokok terdiri dari daun sirih,
gambir, kapur sirih, dan buah pinang, sedangkan ramuan pelengkap terdiri dari
tembakau, kapulaga, cengkih, kunyit, dan daun jeruk. Ramuan pelengkap ini
biasanya tidak sama jenisnya, antara satu orang dengan orang yang lain, ada
pula yang menggunakan kinang secara lengkap, tetapi ada juga yang menggunakan
sebagian saja, bahkan tidak menggunakan pelengkap sama sekali.
Pada masyarakat Kalimantan Timur, khususnya adat istiadat suku Dayak menghidangkan sirih sebagai
penghormatan kepada tamu. Tamu yang datang biasanya dijamu dengan sirih
terlebih dahulu baru dijamu dengan makan. Di sisi lain tradisi
menginang juga mempunyai fungsi lain yaitu dapat menghilangkan perbedaan sosial
antara masyarakat sekitar.
Pada masyarakat suku Dayak menginang tidak hanya
menyangkut masalah kebiasaan saja, akan tetapi juga menyangkut tata pergaulan
dan tata nilai kemasyarakatan, yakni sebagai lambang atau simbol dari
solidaritas dan integrasi sosial bagi warga masyarakat pendukung kebudayaan
tersebut. Hal ini tergambar dalam kebiasaan menginang bersama, hidangan
penghormatan untuk tamu, hidangan atau sarana pengantar bicara dan lain-lain. Kebiasaan ini tetap
berlangsung dari masyarakat zaman dahulu hingga masyarakat zaman sekarang yang
tinggal di pedalaman. Those things have to be kept by our generation which become heritage of our forefather to
us. [Rifky Sofyadi]
0 komentar: