Harga Diri : Harga Mati
Jika kita sedang berkunjung ke Jogja, maka pasti diantara tujuan
wisata yang akan kita
kunjungi adalah kawasan perbelanjaan, yaitu Malioboro. Apabila kita datang dari arah
timur, setelah lampu lalu lintas, maka sebaiknya kita berjalan ke arah barat
(kira-kira 20 meter) kemudian palingkanlah muka kearah kanan (utara), di sana kita akan melihat los yang berisi warung/tempat berjualan
makanan. Kemudian setelah tiba di los
itu, berjalanlah ke arah barat, ke arah bakul
(sate) paling barat. Di sana akan kita
temui seorang lelaki paruh baya berbadan tegap, kulit sawo matang, hidung
mancung dan yang khas sekali darinya adalah peci yang ia kenakan tingginya
(sekitar) 20 cm. Coba untuk
singgah di sana beberapa menit saja.
Bagi anda,
yang berasal dari daerah manapun akan mudah menebak siapa dan dari mana asal
laki-laki yang sedang mengipas-ngipas daging
yang sedang ia bakar. Ia adalah penjual
sate Madura, dan tentu dia berasal dari Madura, tepatnya Kabupaten Sampang.
Dulu saya pernah tanya suatu hal ke
beliau, “Abe’ thibik e edinna’ la abit,
cong. Soekarano se amain ka jogja jiyah, engko jet la bede dinna’. Lambe’
edinna’ riyah e kuasaeh reng temur, cong reng papua ben Maluku. Lako aganggu ka
selaen jiyah, cong. Tape tak tao ka engko jiyah paleng, taoh pas aganggueh ka
abek thibik, cong. Ye engibeagi are’ sakale ben engko cong. Pas marah mun
acarokah. Mulae jeriyeh engko e kenal neng malioboro riah.” Ia berbahasa
Madura dengan logat yang khas.
Ia sudah
tidak ingat lagi kapan tepatnya ia sampai di Yogyakarta. Cuma yang ia ingat
adalah ketika Soekarno masih (Waktu RI berkantor) di Jogja. Daerah malioboro dulu dikuasai
oleh orang-orang dari Maluku dan Papua. Kadang masyarakat sekitar resah jika
mereka diganggu oleh sebagian orang-orang itu (Maluku & Papua). Akhirnya,
pada suatu ketika, mereka juga menganggu dia,
mungkin mereka tidak tau kalau ia
adalah orang Madura yang punya harga diri tinggi dan tidak ingin harga dirinya
diinjak- injak. Dilawanlah mereka itu dengan
berbekal amalan dan sebuah celurit di tangan.
Dari situlah Ia semakin dikenal
terutama dikalangan pedagang-pedagang di kawasan maliboro karena membantu
mengamankan masyarakat sekitar, hingga sekarang.
Ia adalah H. Hasbullah, kelahiran
Sampang (yang lupa tanggal lahirnya) dan penjual sate yang tidak ingin
meninggalkan profesinya walaupun anak dan keturunannya sudah banyak yang
sukses. [Luthfi Afif Azzaenuri]
0 komentar: