phone: +6287 3936 4795
e-mail: hydrazone_community@yahoo.com

October 8, 2012

Merantau


Yogyakarta terkenal sebagai Kota Pendidikan. Hal ini dikarenakan banyak sekali pelajar maupun mahasiswa dari berbagai daerah baik dari dalam negeri ataupun luar negeri yang datang ke Yogyakarta untuk menimba ilmu. Dari dalam negeri saja banyak sekali pelajar maupun mahasiswa dari berbagai daerah dan berbagai suku. Salah satunya  adalah mahasiswa yang berasal dari Suku Minang di Tanjung Raya yang mempunyai asrama di Jl. Demangan Baru no. 2 Yogyakarta.
Asrama mahasiswa Minang yang sekarang dihuni oleh 25 orang ini didirikan pada tahun 1963 dengan meminta izin atas tanah yang ditempati kepada Sultan Hamengku Buwono X.  Menurut Alam Diko Rama, Mahasiswa semester 5 Ilmu Hukum Universitas  Gadjah Mada ini sekaligus merupakan sekretaris umum di asrama tersebut, asrama ini didirikan karena merupakan fasilitas yang diberikan oleh orang-orang Minang terdahulu untuk memudahkan dalam tempat tinggal. Hal ini dikarenakan orang Minang mempunyai salah satu kebudayaan yaitu kebudayaan merantau.
Menurutnya, merantau adalah salah satu kebudayaan dari orang Minang, khususnya untuk laki-laki. Entah dari kapan ajaran ini diberikan, tetapi menurutnya semua ini seperti doktrin yang ditanamkan orang tua kepada anaknya ketika masih kecil. Anak laki-laki di Minang biasanya sudah diajarkan untuk tidak tidur di rumahnya sendiri. Mereka diajarkan tidur seperti di surau, masjid atau tempat-tempat lainnya. Jika ada anak laki-laki yang tidur di rumah maka anak tersebut diolok-olok sebagai anak yang berlindung di bawah ketiak ibu. Kebiasaan inilah yang mungkin menjadikan salah satu budaya yaitu budaya merantau orang Minang.
Secara sederhana bisa direnungkan makna dari sebuah pepatah bijak Minangkabau yaitu Iduik bajaso, mati bapusako (Hidup berjasa, mati berpusaka) yang berarti selagi hidup harus memberi jasa agar setelah mati meninggalkan pusaka (warisan nama baik) yang bisa dikenang sepanjang masa. Para perantau orang-orang diajarkan setelah merantau kembali ke daerahnya untuk memberikan apa yang telah diperolehnya di perantauan, baik berupa materi, pendidikan, pengalaman, ataupun hanya cerita. Dan di dalam kebudayaan tersebut orang yang merantau yang menyeberang lautan lebih mendapatkan apresiasi dibanding para orang-orang yang kaya yang tidak merantau, ujarnya. [Rifky Sofiadi]

0 komentar: