Eksistensi Teater Tubuh; Hilang dan Berkembang
Yogyakarta merupakan salah satu kota
yang telah diakui oleh masyarakat nasional maupun manca sebagai kota seni.
Banyak seni yang telah berkembang pesat di kota ini, dan salah satunya adalah
kesenian di bidang teater tubuh. Kesenian teater tubuh kini telah banyak di
gemari oleh berbagai kalangan masyarakat dan biasanya teater tubuh ini
menyuguhkan suatu tarian tanpa kata- kata. Jangan salah, seskipun tidak
mengucapkan secara verbal namun teater ini memiliki makna dan daya tarik yang
sempurna didalam tariannya.
Nah taukah kalian, salah satu seniman
yang berjuang untuk melestarikan kesenian ini?
Adalah Dwi Arti Handayani, seniman yang akrab
dipangggil Mak Teng ini merupakan salah satu promotor penggerak teater tubuh di
Yogyakarta. Kemelutnya didunia seni membuatnya bergerak untuk mendirikan suatu
sanggar yang bernama Sanggar YEK.
Sanggar YEK ini berbasis di AKAKOM
Yogyakarta, dan karakteristik dari sanggar ini adalah seni Teater. Namun
seiringnya waktu, sanggar YEK ini tak kuat menahan terpaan angin kencang, sehingga
Mak Teng memiliki inisiatif untuk mendirikan lagi sebuah teater bersama teman-temannya yang ia namai Teater
Sang-Art.Di teater ini dimulailah kembali sebuah karya-karya yang berlainan
dengan teater-teater yang ada. Teater ini menggunakan gerak tubuh dan tari
dalam mengekspesikan sebuah cerita.
Keunikan Teater ini sendiri yakni
selain menggunakan gerak tubuh juga dapat memadupadankan musik apa aja seperti
musik dugem dengan tarian jawa serta memiliki ciri tersendiri yaitu mengangkat
cerita Indonesia. Cerita lokal menjadi sebuah pementasan teater gerak tubuh
yang apik dan mengesankan. Kecenderungan cerita yang diangkat dalam pementasan
teater Sang-Art ini lebih pada cerita Perempuan yang kuat dan tangguh serta
merombak cerita dan legenda yang telah ada menjadi kemasan yang berbeda ala
Teater Sang-Art, dengan membawa cerita dan legenda tersebut pada penerapan
zaman sekarang yang lebih mnjadikan pementasan yang mereka tampilkan lebih seru
dan ditunggu-tunggu oleh para peminat dan penontonnya. Meskipun hanya
legenda-legenda indonesia yang mereka angkat namun teater ini memiliki daya
pikat tersendiri disetiap pementasannya hingga dapat bertahan berdiri melawan
tantangan zaman dan tren yang ada sampai sekarang. [Kartika Ambarsari]
0 komentar: