Karawitan, Seni Eksotis Penuh Makna
Kalau anda
memasuki wilayah Jawa, biasanya anda akan mengenal seni yang satu ini, Karawitan.
Bukan barang asing lagi di telinga kita, terutama bagi masyarakat Jawa, seni
yang satu ini sudah menjadi “makanan khas” setiap harinya. Seni yang eksotis
dan estetis ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa.
Dalam mitologi
Jawa, seni tradisional ini memiliki sejarah yang menarik. Konon, gamelan
diciptakan oleh Sang Hyang Guru, Dewa penguasa tanah Jawa yang memiliki istana
di Gunung Mahendra, Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Mula-mula Ia
menciptakan sebuah gong besar untuk memanggil para dewa, namun tidak lama kemudian
Ia meciptakan dua gong kecil, yang orang Jawa sekarang menyebutnya kempul.
Seiring
perkembangannya, barulah ditambahkan beberapa alat musik lainnya sehingga
terbentuk seperangkat gamelan seperti sekarang. Dalam bahasa Jawa,
istilah ‘gamelan’ sendiri berasal dari kata ‘nggamel’ yang
berarti memukul atau menabuh. Karena itu, tak heran kalau permainan gamelan
dilakukan dengan cara dipukul atau ditabuh.
Seni mengolah
bunyi menggunakan alat musik gamelan itu kemudian disebut seni Karawitan.
Istilah ‘Karawitan’ memiliki makna yang bervariasi. Kebanyakan orang Jawa
mengatakan, Karawitan berasal dari bahasa Jawa ‘rawit’ yang
berarti keharmonisan, elegan dan kehalusan. Ada yang berpendapat, berasal dari
kata ‘pangrawit’ yang berarti orang yang memiliki perasaan halus dan
harmonis. Ada pula yang mengatakan, istilah itu berasal dari kata ‘ngerawit’
yang dalam bahasa Jawa artinya rumit.
Namun intinya, Karawitan
adalah seni musik tradisional yang menggunakan gamelan sebagai alat
musik dan diiringi gendhing atau lagu-lagu. Menariknya, seni ini tidak
hanya mempertontonkan permainan musik, tapi juga memberikan pelajaran berharga
misalnya tentang keharmonisan, akhlak dan kebaikan lewat musik dan lagu-lagu
yang diciptakan.
Dalam seni Karawitan,
instrumen dibagi menjadi instrumen depan (ricikan ngajeng) dan belakang
(ricikan wingking). Pembagian ini dilakukan berdasarkan kemampuan para pemain.
Instrumen depan yang terdiri dari rebab, gender, gambang dan bonan, biasanya
dimainkan oleh orang-orang yang memiliki tingkat kemampuan lebih tinggi, sedangkan
instrumen belakang terdiri dari alat-alat musik yang masih sederhana. Bagian
ini biasanya dimainkan oleh mereka yang belum mahir memainkan alat. Tetapi
uniknya, permainan gamelan tetap menghasilkan bunyi-bunyi yang menyatu
dan indah. Mereka tidak mempersoalkan perbedaan posisi di depan atau dibelakang
tetapi kekompakan dan kebersamaan.
Selain gamelan,
dalam seni Karawitan juga ada yang namanya gendhing atau
lagu-lagu. Nah, yang satu ini merupakan bagian yang sangat penting didalam
kesenian Karawitan. Dimana ada gamelan disitu ada gendhing, begitulah
pepatahnya. Semua gendhing yang dinyanyikan memiliki makna sangat mendalam
sehingga orang-orang yang mendengarkan mesti pandai mencernanya. Misalnya, ada gendhing
yang berkaitan dengan keselamatan manusia, semesta alam dan lain-lain.
Sebagai seni
musik, Karawitan telah mendapatkan kedudukan istimewa dalam seni
pertunjukan di Indonesia maupun luar negeri. Karawitan dimainkan tidak
hanya untuk mengiringi pegelaran wayang, upacara skaten atau nikah, tapi
juga acara-acara formal seperti upacara kenegaraan. Di luar negeri, seni khas
Jawa itu boleh dikata sedang “naik daun”. Di Amerika Serikat misalnya, seni itu
sudah menjadi mata kuliah pilihan di berbagai universitas. [Tanti Setyaningsih]
0 komentar: