phone: +6287 3936 4795
e-mail: hydrazone_community@yahoo.com

October 28, 2012

Karawitan, Seni Eksotis Penuh Makna


Kalau anda memasuki wilayah Jawa, biasanya anda akan mengenal seni yang satu ini, Karawitan. Bukan barang asing lagi di telinga kita, terutama bagi masyarakat Jawa, seni yang satu ini sudah menjadi “makanan khas” setiap harinya. Seni yang eksotis dan estetis ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Jawa.

Dalam mitologi Jawa, seni tradisional ini memiliki sejarah yang menarik. Konon, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru, Dewa penguasa tanah Jawa yang memiliki istana di Gunung Mahendra, Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Mula-mula Ia menciptakan sebuah gong besar untuk memanggil para dewa, namun tidak lama kemudian Ia meciptakan dua gong kecil, yang orang Jawa sekarang menyebutnya kempul.

Seiring perkembangannya, barulah ditambahkan beberapa alat musik lainnya sehingga terbentuk seperangkat gamelan seperti sekarang. Dalam bahasa Jawa, istilah ‘gamelan’ sendiri berasal dari kata ‘nggamel’ yang berarti memukul atau menabuh. Karena itu, tak heran kalau permainan gamelan dilakukan dengan cara dipukul atau ditabuh.

Seni mengolah bunyi menggunakan alat musik gamelan itu kemudian disebut seni Karawitan. Istilah ‘Karawitan’ memiliki makna yang bervariasi. Kebanyakan orang Jawa mengatakan, Karawitan berasal dari bahasa Jawa ‘rawit’ yang berarti keharmonisan, elegan dan kehalusan. Ada yang berpendapat, berasal dari kata ‘pangrawit’ yang berarti orang yang memiliki perasaan halus dan harmonis. Ada pula yang mengatakan, istilah itu berasal dari kata ‘ngerawit’ yang dalam bahasa Jawa artinya rumit.

Namun intinya, Karawitan adalah seni musik tradisional yang menggunakan gamelan sebagai alat musik dan diiringi gendhing atau lagu-lagu. Menariknya, seni ini tidak hanya mempertontonkan permainan musik, tapi juga memberikan pelajaran berharga misalnya tentang keharmonisan, akhlak dan kebaikan lewat musik dan lagu-lagu yang diciptakan.
Dalam seni Karawitan, instrumen dibagi menjadi instrumen depan (ricikan ngajeng) dan belakang (ricikan wingking). Pembagian ini dilakukan berdasarkan kemampuan para pemain. Instrumen depan yang terdiri dari rebab, gender, gambang dan bonan, biasanya dimainkan oleh orang-orang yang memiliki tingkat kemampuan lebih tinggi, sedangkan instrumen belakang terdiri dari alat-alat musik yang masih sederhana. Bagian ini biasanya dimainkan oleh mereka yang belum mahir memainkan alat. Tetapi uniknya, permainan gamelan tetap menghasilkan bunyi-bunyi yang menyatu dan indah. Mereka tidak mempersoalkan perbedaan posisi di depan atau dibelakang tetapi kekompakan dan kebersamaan.

Selain gamelan, dalam seni Karawitan juga ada yang namanya gendhing atau lagu-lagu. Nah, yang satu ini merupakan bagian yang sangat penting didalam kesenian Karawitan. Dimana ada gamelan disitu ada gendhing, begitulah pepatahnya. Semua gendhing yang dinyanyikan memiliki makna sangat mendalam sehingga orang-orang yang mendengarkan mesti pandai mencernanya. Misalnya, ada gendhing yang berkaitan dengan keselamatan manusia, semesta alam dan lain-lain.

Sebagai seni musik, Karawitan telah mendapatkan kedudukan istimewa dalam seni pertunjukan di Indonesia maupun luar negeri. Karawitan dimainkan tidak hanya untuk mengiringi pegelaran wayang, upacara skaten atau nikah, tapi juga acara-acara formal seperti upacara kenegaraan. Di luar negeri, seni khas Jawa itu boleh dikata sedang “naik daun”. Di Amerika Serikat misalnya, seni itu sudah menjadi mata kuliah pilihan di berbagai universitas. [Tanti Setyaningsih]

0 komentar: