phone: +6287 3936 4795
e-mail: hydrazone_community@yahoo.com

October 28, 2012

LASINRANG


Berkisah di tanah bugis pada abad 19 silam, ada seorang pria dari suku bugis bergelar Ba’kak Lolona Sawitho yang sangat arogan, namun memiliki jiwa pemberani untuk membela kebenaran melawan kedzhaliman penjajahan belanda saat itu. Wataknya yang keras, membuat dia sangat ditakuti dikalangan teman- temannya. Kebiasaannya saat kecil yang sering mengganggu dan nakal ini membuatnya terpaksa mendapat hukuman pengasingan diri ke daerah Kerajaan Bone oleh ayahnya, Latama’ Sawitho.

Walaupun demikian, dia adalah petarung yang sangat hebat dan juga merupakan panglima perang yang tangguh saat berjuang melawan penjajah belanda di daerahnya, bahkan dia juga disebut sebagai wali (pada masyarakat mereka orang yang dekat dengan agama). Dengan perawakannya yang tinggi besar ini, dia mempunyai keanehan yang mungkin jarang diketemui oleh masyarakat awam saat itu yaitu bulu dada yang berdiri menghadap keatas, bukan bulu dada pria biasa yang menghadap kebawah.

Ialah Lasinrang, pria gagah perkasa dari Kabupaten Pinrang (saat telah diresmikan menjadi kabupaten). Pada saat penjajahan belanda, ayahnya sempat ditangkap oleh penjajah belanda dan diasingkan di suatu tempat, karena rasa sayang terhadap ayahnya yang telah membesarkan dirinya, dia pun rela untuk bertukar hukuman dengan ayahnya. “Biarlah saya yang dipenjara asalkan jangan ayah saya, teriaknya dengan suara lantang.

Kebanyakan orang bugis terkenal dengan orang yang punya banyak istri, begitu juga dengan Lasinrang” ucap Ocha (mahasiswa yang dituakan di asrama lasinrang ini). Diapun mulai merapikan tata duduknya dan melanjutkan kembali cerita tentang tokoh Lasinrang ini, “ Mambusung I Tanah Jawa, Iyako Nasipikka” yang berarti hancurlah tanah jawa ini, kalau saya masih disini (mati disini, di tanah jawa)”. Itulah pernyataan Lasinrang kepada kolonial Belanda saat berada di tempat pengasingan.

Singkat cerita, akhirnya Lasinrang pun dikembalikan ke tanah kelahirannya di Sulawesi Selatan, karena penjajah Belanda merasa takut dan terancam dengan pernyataan Lasinrang yang sangat tegas. “Dialah tokoh yang sangat kami banggakan di Kabupaten Pinrang, sehingga nama kota kamipun mengambil sebagian dari namanya untuk kita kenang. Pelajaran berharga yang kami temukan dari diri beliau ialah kejujuran, kesetiaan hati dan keberanian yang tinggi”, sambung Ocha mengakhiri ceritanya. [Rahmah Attaymini]

0 komentar: